Sinyal analog adalah istilah yang digunakan dalam
ilmu teknik (terutama teknik elektro, teknik informasi, dan teknik kendali),
yaitu suatu besaran yang berubah dalam waktu atau dan dalam ruang, dan yang
mempunyai semua nilai untuk untuk setiap nilai waktu (dan atau setiap nilai
ruang). Digunakan juga istilah Sinyal Kontinyu, untuk menggambarkan bahwa
besaran itu mempunyai nilai yang kontinyu (tak terputus).
Contoh Sinyal Analog adalah Sinyal Elektrik yang
dihasilkan oleh peralatan elektrik non-digital: sinyal suara pada radio
konvensional, sinyal gambar (foto) pada kamera konvensional, sinyal video pada
televisi konvensional.
Pengolahan sinyal
Pengolahan sinyal adalah spesialisasi dalam teknik
elektro yang mempelajari dan mengembangkan metode (algoritma) manipulasi,
analisa dan interpretasi sinyal. Meskipun termasuk dalam spesialisasi dalam
teknik elektro, diluar ilmu ilmu dalam teknik elektro, pengolahan sinyal
berkaitan erat juga dengan statistik, teori informasi dan matematika terapan.
Sinyal yang diolah bisa dalam bentuk apapun, tetapi
biasanya berupa Sinyal Elektrik. Contoh sinyal itu misalnya: suara dari
mikrofon, video dari kamera video, EKG dari perekam EKG, dan sebagainya.
Sinyal Digital
Digital berasal dari kata Digitus, dalam Bahasa
Yunani berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka
berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1
dan 0, oleh karena itu Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan
bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner).
Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat
disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit).
Ada beberapa alasan mengapa digunakan pemrosesan
sinyal digital pada suatu sinyal analog. Pertama, suatu sistem digital
terprogram memiliki fleksibilitas dalam merancang-ulang operasi-operasi
pemrosesan sinyal digital hanya dengan melakukan perubahan pada program yang
bersangkutan, sedangkan proses merancang-ulang pada sistem analog biasanya
melibatkan rancang-ulang perangkat keras, uji coba dan verifikasi agar dapat
bekerja seperti yang diharapkan.
Masalah ketelitian atau akurasi juga memainkan
peranan yang penting dalam menentukan bentuk dari pengolah sinyal. Pemrosesan
sinyal digital menawarkan pengendalian akurasi yang lebih baik. Faktor
toleransi yang terdapat pada komponen-komponen rangkaian analog menimbulkan
kesulitan bagi perancang dalam melakukan pengendalian akurasi pada sistem
pemrosesan sinyal analog. Di lain pihak, sistem digital menawarkan pengendalian
akurasi yang lebih baik. Beberapa persyaratan yang dibutuhkan, antara lain
penentuan akurasi pada konverter A/D (analog ke digital) serta pengolah sinyal
digital, dalam bentuk panjang word (word length), floating-point versus
fixed-point arithmetic dan faktor-faktor lain.
Sinyal-sinyal digital dapat disimpan pada media
magnetik (berupa tape atau disk) tanpa mengalami pelemahan atau distorsi data
sinyal yang bersangkutan. Dengan demikian sinyal tersebut dapat dipindah
pindahkan serta diproses secara offline di laboratorium. Metode-metode
pemrosesan sinyal digital juga membolehkan implementasi algoritma-algoritma
pemrosesan sinyal yang lebih canggih. Umumnya sinyal dalam bentuk analog sulit
untuk diproses secara matematik dengan akurasi yang tinggi.
Implementasi digital sistem pemrosesan sinyal lebih
murah dibandingkan secara analog. Hal ini disebabkan karena perangkat keras
digital lebih murah, atau mungkin karena implementasi digital memiliki
fleksibilitas untuk dimodifikasi. Kelebihan-kelebihan pemrosesan sinyal digital yang
telah disebutkan sebelumnya menyebabkan pemrosesan sinyal digital lebih banyak
digunakan dalam berbagai aplikasi. Misalnya, aplikasi pengolahan suara pada
kanal telepon, pemrosesan citra serta transmisinya, dalam bidang seismologi dan
geofisika, eksplorasi minyak, deteksi ledakan nuklir, pemrosesan sinyal yang
diterima dari luar angkasa, dan lain sebagainya. Namun implementasi digital tersebut memiliki
keterbatasan, dalam hal kecepatan konversi A/D dan pengolah sinyal digital yang
bersangkutan. (Proakis dan Manolakis, 1992)
0 komentar:
Posting Komentar
terimah kasih atas kunjungannya